Abindranath Arenawan Rela Meninggalkan Karirnya di PT. Sanbe Pharma Hanya Untuk Ambulance Migunani

.Tahun 2016 pengayom beroperasinya ambulane tidak lagi Yayasan Laskar Petualang tetapi sudah beralih ke Yayasan Agen Sedekah dengan nama Ambulance Migunani. (foto/ist)

Kulon Progo, Bogowontonews.com– Perjuangan Abindranath Arenawan, untuk mewujudkan ambulance gratis bagi  warga miskin di Kabupaten Kulon Progo, sungguh tiada tara.

Mas Abin, yang saat itu berusia 22 tahun, dengan status sopir di Kantor PKS DPD Kulon Progo, pantas mendapatkan dua jempol karena bermimpi besarnya bisa mengoperasikan ambulance gratis bagi yang membutuhkan.

Setelah mendapatkan dukungan satu unit mobil Mitsubisi Kuda buatan tahun 1999 dari Ustads Nur Sasmito, tanggal 8 Desember 2012, ia semakin mantap untuk mewujudkan cita-citanya, bisa mengoperasikan satu unit ambulance di setiap kecamatan di Kulon Progo.

Wow, mantap ! Artinya butuh 12 unit ambulane. Sementara, sampai tahun 2023 ini, dengan pontang-panting Mas Abin baru mengelola 7 unit ambulance berbagai merek dan jenis mobil. Mulai Grand Max, Luxcio, Zebra, dan Suzuki APV.

“Alhamdulillah, setelah melewati perjuangan panjang, dari banyak donatur, dermawan, kami bisa menambah satu unit baru pada tahun 2016, yang Grand Max, itu.  Selanjutnya setiap tahun kami bisa menambah satu unit hingga kemudian kini ada 7 unit ambulance, tentu dengan latar ceritanya yang beda-beda, hehehe,” ujarnya.

BACA JUGA  Ambulance Migunani Kulon Progo Genap 10 Tahun Beroperasi Mottonya "Melayani Tanpa Batas"

Cerita mobil Grand Max itu, lucu juga. Menurut Mas Abin, ini pemberian dari seorang donatur, yang kebetulan anaknya menjadi santri di tempat Mas Abin mengajar al Quran.

“Jadi ceritanya, anak ini setelah selesai ngaji saya ajak jajan mie ayam sebelum saya antar pulang. Dia suka banget main sirine ambulance yang saya pakai antar dia itu. Malamnya saya ditelpon ayahnya, seorang pengusaha batu pecah di Clereng, Pengasih, Kulon Progo, wah kaget saya,” ujarnya.

Dia ini tanya, kata Mas Abin. Apa jenis mobil yang biasa untuk ambulance ?

“Ya kalau nggak Grand Max ya APV, pak, yang tidak usah merubah bentuk, selain juga luas. Lha emang kenapa pak ? Apa coba jawabnya, dia mau beli satu unit Grand Max buat ambulance, untuk menemani ambulan kita yang Mitsubisi Kuda itu, wah, alhamdulillah,” papar Mas Abin.

Maka berkat mie ayam, nambah satu unit ambulance baru, dari seorang dermawan.

Lalu pada tahun 2017, nambah lagi berkat patungan donasi dari beberapa dermawan sehingga bisa mewujudkan unit baru. Demikian juga tahun 2018, sistem patungan donasi, nambah satu unit lagi, dan nambah lagi, dan nambah lagi.

BACA JUGA  Polres Kulon Progo Gelar Acara Jumat Curhat Ibu Memanggil di Aula Kalurahan Wates Kulon Progo

Apa yang menarik di balik cerita Mas Abin berjuang keras menambah unit-unit baru untuk ambulance gratis ? Ternyata ada cerita, ia rela mengorbankan karirnya yang cemerlang di PT Sanbe Farma Bandung, hanya  demi mewujudkan mimpinya menolong banyak warga miskin yang butuh layanan ambulancegratis.

“Tahun 2014, saya bekerja di PT. Sanbe Farma, karena desakan orang tua agar kelak kalau berumahtangga sudah punya penghasilan, untuk menafkahi anak istri. Saya dua tahun di Bandung, tapi akhirnya banyak cerita bahwa ambulance yang saya titipkan kepada kawan-kawan di Wates tidak bisa beroperasi karena tidak memiliki daya dukung,” katanya.

Di satu sisi, ia sungguh berat meninggalkan karir di PT Sanbe Farma, tetapi di sisi lain ia sedih karena ide membangun layanan ambulance gratis terbengkelai.

“Tahun 2016, saya didatangi Mas Hamam di Bandung, sambil nangis Mas Hamam cerita soal mobil ambulan yang mangkrak setelah saya tinggal. Saya ikut nangis, maka saya putuskan saya keluar dari pekerjaan dan pulang ke Wates,” ujarnya.

BACA JUGA  Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Belanja Cabai Rawit dan Tempe di Pasar Pagi Purworejo Jawa Tengah Selasa (2/1/2024)

Tetapi dengan syarat, mobil ambulance yang ada operasionalnya ditopang oleh Yayasan Agen Sedekah yang didirikan Mas Hamam dan kawan-kawan, sehingga akan semakin meringankan beban saat kembali berjuang di jalur kemanusiaan ini.

Dari sanalah, Mas Abin kembali menghandle ambulance gratis, sembari berjuang untuk menghidupi rumah tangganya yang baru di Wates. Pengayom beroperasinya ambulane tidak lagi Yayasan Laskar Petualang tetapi sudah beralih ke Yayasan Agen Sedekah dengan nama Ambulance Migunani.

“Berkat doa orang tua, dukungan semua pihak, saya sehat selalu, saya sejak saat itu secara penuh mengabdi di Ambulance Migunani, untuk membantu warga yang membutuhkan,” katanya.

Ia mengatakan, melihat kenyataan di lapangan, warga miskin yang membutuhkan ambulance gratis jumlahnya luar biasa banyak, sementara instansi pemerintah hanya terbatas pada unit ambulance puskesmas yang bisa digerakkan.

“Maka, saya terus berkeyakinan, akan selalu ada dermawan yang terketuk hatinya untuk layanan ambulance gratis seperti ini, karena sejatinya banyak warga tidak mampu jika harus membayar ratusan ribu untuk sekali antar ke rumah sakit. Sedih kan ?” paparnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *